Tag Archives: owa coffee

28Aug/21

Fabric Scraps for Conservation

“This patchwork tote bag is made of fabric scraps from the garment industry in Pekalongan. Sokokembang is a hamlet in Pekalongan located right next to forests that are home to the Javan Gibbon. Some residents there sew at home for a living or work at a textile factory. SwaraOwa are currently helping several residents in Sokokembang to transform leftover fabrics and discarded materials from the garment industry into useful recycled products. Not only does this contribute to their livelihoods, it also reduces plastic waste and promotes the conservation of the Javan Gibbon.”

The garment industry is one of the foremost drivers of the local economy in Pekalongan. From the city, the textile supply chain stretches all the way to even the most remote villages near the forest. It all starts with cutting fabrics, sewing, attaching buttons and zips, then moves on to screen printing and colouring, sometimes using traditional batik-producing techniques that have been passed down through the generations.

In Sokokembang, one of the hamlets closest to the gibbon forests in the area, activities powering the garment economy are very much present, and have been at least since we first visited in 2006. Such activities form the main source of livelihood for 45% of families here, who contribute to the apparel supply chain by sewing parts of clothing. Other villagers grow various crops or rear livestock in their gardens and the forest. From when we started our projects in Sokokembang up until 2014, villagers engaged in sewing did not do this work at home, instead using the sewing machines and materials at their employer’s place. They worked most days, only having Fridays off.

Garment workers are crucial to the local economy, sustaining those who live around the forest. However, because of the nature of their work, they are generally not as intimately familiar with forest trees and animals as those villagers who enter the forest more frequently. They sometimes even describe Javan Gibbons as having tails! Gibbons, after all, are rarely seen. What these workers do know well is how gibbon calls sound, because these can be heard loud and clear every morning.

Noticing this, the Indonesian wildgibbon team braved the pandemic and tried to find ways of connecting gibbons to garment manufacturing, the sector that provides much of the jobs in Pekalongan. Seeing leftover scraps of fabric everywhere, mostly wasted, the team tried to bring Sokokembang hamlet a solution to this problem.

The solution came in the form of cloth bags. Making them involves villagers who already sew for a living. They form patterns using unwanted fabric scraps and connect them into a highly practical multi-purpose bag. This process is relatively uncomplicated and can be done on the sidelines of everyday sewing. To get the younger generation involved in Sokokembang, they were briefly trained by residents who were already proficient in sewing. After being given the finishing touches by the wildgibbon team, the bags look as illustrated, bearing the logos of Owa Coffee and Sokokembang.

At SwaraOwa, we firmly believe that conservation projects cannot succeed without being made to benefit local communities. Although not without its challenges, this project is just such an attempt to marry conservation activities with fostering an entrepreneurial spirit among locals — all proceeds will go towards supporting forests and livelihoods. By closely collaborating with the locals, we aim to make protecting nature and boosting the local economy one and the same cause, and hope that making conservation pay will encourage further conservation activities in the region and beyond.

 

written by : Elna Novitasari Br.Ginting dan Arif Setiawan, translated by TT Chan

11Dec/20

Nyanyian Owa Jawa : diva di tengah rimba

Oleh : Nur Aoliya , email :  nuraoliya@apps.ipb.ac.id

Owa jawa (Hylobates moloch) di hutan Sokokembang, Petungkriyono

 “Emang ada Owa Jawa di Pekalongan?” itu pertanyaan pertama saya saat mendengar program konservasi owa jawa oleh Coffee and Primate Conservation Project atau sekarang lebih dikenal SwaraOwa  di desa sukokembang, kecamatan petungkriyono kabupaten pekalongan tahun 2014. Sampai sekarang tahun 2020 masih ada orang yang mempertanyakan akan hal itu, bahkan orang pekalongan sendiri ada yang tidak tahu kalo ada Owa Jawa di Pekalongan.

Salah satu yang unik dari owa adalah suara atau nyanyiannya, bak sebuah lagu. Baik owa betina maupun jantan dapat bersuara, namun waktu dan tipe suaranya berbeda. Owa jantan cenderung bersuara sebelum fajar sedangkan Owa betina cenderung bersuara setelah terang dan kadang siang hari. Jenis-jenis owa menghasilkan  nyanyian lagu yang keras dan panjang yang sebagian besar dipamerkan oleh pasangan yang telah kawin. Biasanya, pasangan menggabungkan nyanyian ini  (repertoire) dalam interaksi vokal, tepat waktu, dan kompleks untuk menghasilkan  pola duet yang baik.1

Perbedaan waktu bersuara Owa Jawa ini, kenapa seperti itu juga belum banyak yang meneliti. Di dunia hanya Owa dari Jawa dan Owa dari Mentawai dimana antara jantan dan betina tidak menyanyi bersama.

Sonogram , visualisasi suara owa jawa

Lebih menarik lagi suara yang dinyanyikan owa betina pada pagi hari yang disebut great call, karena suaranya sangat khas. Suaranya dimulai dengan suara “waa” dengan interval lambat yang semakin cepat sampai ke lengkingan panjang dan diakkhiri dengan interval yang semakin melambat.  Mungkin karena itulah satwa ini lebih dikenal sebagai owa-owa/ uwek-uwek karena suarnya terdengar melafalkan kata tersebut. Suara betina selain khas juga memiliki peranan sangat penting, yaitu sebagai tanda daerah teritorinya. Setiap kelompok owa memiliki area yang digunakan sebagai tempat mencari makan, istirahat, reproduksi, dan segala aktifitasnya. Area tersebut akan dijaga dan tidak akan mengijinkan owa dari kelompok lain untuk memasuki area mereka. Tugas owa betina ini menyiarkan batas-batas areanya melalui suaranya tiap pagi.

Lantas bagaimana owa tau bahwa ini suara betina yang mana? Dan dari kelompok mana? ini menjadi daya tarik saya untuk mepelajari variasi great call owa di sokokembang sebagai skripsi yang didukung oleh Swaraowa. Ternyata setelah saya mempelajari lebih lanjut baik secara literature maupun penelitian langsung setiap suara betina ini memiliki perbedaan. Perbedaanya dapat kita lihat dengan cara memvisualisasikan suara nyanyiannya, dan perbedaan yang utama  dari nadanya, durasinya dan frekuensinya (lihat gambar dan video). Seperti suara manusia yang berbeda-beda sehingga kita bisa membedakan manusia hanya dari suaranya tanpa melihat wujudnya kan? owa jawa juga begitu.

Saat ada satu betina yang bersuara maka akan memancing betina lain akan bersuara.  Antar betina yang beda kelompok tidak akan bersuara bersamaan alias bergantian, agar pesan  masing-masing kelompok tersampaikan. Biasanya betina remaja akan belajar bersuara bersama induk betinanya, tapi kadang suaranya masih nanggung atau tidak seharmoni induknya. Owa tidak akan bersuara saat hujan atau malam harinya hujan. Soalnya suaranya akan lebih sulit terdengar oleh kelompok lain dan butuh energi lebih saat hujan.  Jadi dari pada energi terbuang sia-sia untuk bersuara lebih baik digunakan untuk menghangatkan badan. Sama seperti kita kalo hujan juga penginya rebahan ajah, tidak  buang-buang energi.

Demikianlah sebagian fakta unik tentang owa jawa. Mudah-mudahan owa jawa dimanapun khususnya di Petungkriyono akan tetap lestari,  owa membantu regenerasi alami pohon-pohon alam, kita butuh hutan  dan owa jawa sebegai satu kesatuan, menikmati udara segar, air sungai yang deras dan jernih, sumber ekonomi dan  ilmu pengetahuan  yang harus kita rawat dan kelola dengan bijaksana. Menikmati nyanyiannya di hutan setidaknya akan memberikan rasa kedamaian diantara riuhnya suara-suara gemuruh pembangungan anthroposentris , nyanyian Owa seperti diva di tengah belatara, yang menunjukkan bahwa hutan tempat hidupnya masih terjaga. Melestarikan owa jawa dan hutan sama sajah menjamin kehidupan untuk manusia generasi selanjutnya.

 

Daftar Pustaka

  1. Geissmann, T. dan V. Nijman. 2001. Calling Behaviour of Wild Javan Gibbons Hylobates moloch In Java, Indonesia dalam Forest (and) Primates. Conservation and ecology of the endemic primates of Java and Borneo. Tropenbos Kalimantan Series
02Nov/20

Beasiswa KOPI OWA

Program “Kopi dan Konservasi Primata 2020 -SWARAOWA, mengajak anda berkontribusi melalui pembelian Kopi “jungle bean” dari habitat Owa Jawa, seharga Rp 120.000,00 anda akan mendapatkan 2 bungkus kopi Arabica dan Robusta. Keuntungan penjualan kopi ini akan di gunakan untuk biasiswa penelitian Owa jawa dan burung Raja Udang Kalung Biru, di Hutan Petungkriyono,Kab.Pekalongan, Jawa Tengah.

Owa jawa (Hylobates moloch)

Saat ini ada 2 mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang perilaku bersuara Owa Jawa (Hylobates moloch), dan Distribusi dan habitat burung Raja Udang Kalung biru (Alcedo euryzona). Tentang burung Raja Udang Kalung Biru ini merupakan burung langka terancam punah (Critically Endangered) yang di temukan tahun 2018 oleh tim SWARAOWA.

Javan Blue Banded Kingfisher

Pembelian kopi ini juga menjaga produksi kopi Owa di masa pandemic, dimana sangat terdampak karena tutupnya outlet-outlet/coffee shop jaringan kopi Owa saat ini. Dukungan anda sangat penting tidak hanya untuk mendukung penelitian satwa terancam punah tetapi juga mondorong warga sekitar hutan untuk tetap produktif dan menjaga kelestarian hutan.

kopi owa “Jungle Beans”

Sampai bulan Desember 2020, penelitian ini membutuhkan dana kurang lebih Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dan saat ini sudah ada dana Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk kegiatan kelapangan bulan September-November 2020. Penggalangan dana ini akan kami buka sampai akhir bulan November 2020, dan juga akan menjadi sekema berkelanjutan untuk upaya pelestarian primata dan burung langka di wilayah Jawa Tengah. Ikuti terus perkembangan kegiatan kami di sosial media SWARAOWA.
Pembelian bisa kopi kami layani melalui OWA COFFEE, no WA : 0823 1377 2667, Instagram dan twitter Owa Coffee, juga tokopedia : https://www.tokopedia.com/owacoffee